Oleh Muhaimin Iqbal di www.geraidinar.com |
Di tengah hangatnya isu program pensiun dini bagi pegawai sipil yang diusulkan oleh Kementerian
Keuangan RI, Surat Pembaca harian Kompas Ahad 26/06/2011 nampaknya
sengaja menampilkan suara hati para pensiunan. Apa yang muncul di Harian
Kompas tersebut bisa jadi hanya puncak gunung es dari problema yang
dihadapi para pensiunan dari instansi atau perusahaan apapun, dan pada
tingkatan pangkat pegawai yang manapun. Intinya uang pensiun lebih
sering dirasa tidak mencukupi ketimbang sebaliknya. Pertanyaannya
kemudian adalah mungkinkah membuat dana pensiun itu mencukupi bagi Anda
?. Saya melihat kemungkinannya, meskipun tentu saja tidak selalu
mudah...
Selama ini bekal utama para pensiunan menurut istilah para financial planners disebut sebagai three-leg-stool
atau kursi berkaki tiga. Kaki yang pertama adalah tabungan pribadi yang
dikumpulkan sendiri selama yang bersangkutan bekerja, kaki yang kedua
adalah program pensiun atau pesangon yang diberikan oleh perusahaan
ketika yang bersangkutan memasuki usia pensiun dan yang ketiga adalah
program pensiun yang dikelola oleh pemerintah (atau BUMN yang ditunjuk).
Melihat
adanya tiga sumber bekal para pensiunan ini, seyogyanya para pensiunan
adalah orang-orang yang makmur yang dapat menikmati hari tuanya. Dan ini
sungguh terjadi pada para pensiunan yang pensiun sebelum 1970-an.
Tetapi kemudian pasca 1971 ketiga kaki kursi para pensiunan tersebut
seolah runtuh secara bersama-sama, sehingga tidak mampu menopang
kebutuhan financial para pensiunan sesudah itu. Mengapa demikian ?.
Ketiga ‘kaki’ yang menjadi bekal para
pensiunan tersebut pada umumnya tersimpan dalam bentuk satuan yang sama
yaitu satuan uang kertas. Meskipun dengan nama yang berbeda-beda, ada
yang bernama tabungan , deposito, asuransi hari tua, dana pensiun dlsb.-
ibarat telur yang sudah ditaruh pada keranjang yang berbeda-beda,
tetapi semua rentan terhadap penyakit yang sama yaitu penyakit inflasi.
Fenomena
tersebut diatas dapat kita lihat dengan jelas pada grafik dibawah.
Pasca Perang Dunia II sampai 1971 harga emas stabil karena memang uang
kertas tidak diijinkan dicetak tanpa adanya cadangan emas yang setara,
dampaknya dapat dilihat pada harga minyak yang berfluktuasi naik turun
pada sumbu datar hanya karena mekanisme pasar – supply and demand,
maka demikian pula harga barang-barang kebutuhan pokok manusia. Uang
yang dimiliki generasi kakek-nenek kita yang masa pensiunnya tidak
melewati 1971 – uang pensiunnya secara umum cukup aman tersimpan dalam
satuan mata uang kertas karena daya belinya relatif stabil.
Tidak
demikian halnya dengan Bapak – Ibu kita yang memasuki pensiun setelah
tahun 1971 dimana daya beli uang kertas mulai bergejolak. Uang mereka
menjadi tidak menentu daya belinya, maka demikian pula kehidupan
financial mereka.
Generasi kita yang akan pensiun pada dasawarsa ini kondisinya menjadi lebih buruk lagi, selain bergejolak karena supply and demand
– juga ada kecenderungan penurunan daya beli uang kertas yang semakin
nyata. Jadi bila hanya mengandalkan bekal pensiun dari tiga kaki
tersebut diatas, maka hampir pastilah bahwa kehidupan financial kita
akan lebih buruk ketimbang generasi Bapak kita atau bahkan generasi
sebelumnya.
Lantas apakah generasi kita harus menerima saja dampak financial environment
yang tidak menguntungkan seperti ini ?, tidak harus juga demikian. Kita
bisa memperkokoh kaki-kaki bekal pensiun kita bila kita bisa membuatnya
kebal terhadap penyakit inflasi. Bagaimana caranya ?.
‘Bekal’
Anda yang pengelolaannya berada di tangan Anda sendiri simpan dalam
bentuk aset riil yang produktif ketimbang dalam bentuk uang kertas
apapun namanya. Pilihan pertamanya adalah aset yang mampu mempertahankan
nilai dan sekaligus juga sedapat mungkin menghasilkan cash flow.
Contoh dari kategori ini adalah sawah atau tanah yang produktif, ruko
atau rukan yang aktif digunakan untuk bekerja, tanaman, peternakan dan
berbagai growing assets lainnya.
Pilihan
keduanya adalah bila tidak bisa memperoleh kombinasi yang optimal
antara kemampuan mempertahankan nilai/daya beli dengan cash flow,
minimal ‘bekal’ Anda harus mampu mempertahankan daya belinya. Kategori
ini yang paling gampang pengelolaannya adalah emas/Dinar atau
perak/Dirham karena kini sudah terbentuk pasarnya sehingga menjadi
proteksi nilai yang sangat efektif.
Untuk
aset yang dikelola oleh perusahaan seperti uang pesangon dan juga yang
dikelola oleh instansi pemerintah/swasta seperti dana pensiun, dari
waktu kewaktu muncul peluang dimana Anda diijinkan untuk mengelolanya sendiri
lebih cepat – seperti program pensiun dini yang diusulkan oleh
Kementrian Keuangan tersebut diatas. Bila peluang seperti ini muncul,
saran saya jangan ragu untuk mengambilnya !. Mengapa ?.
Bila
hasil jerih payah Anda yang tersimpan dalam tiga kaki kursi pensiun
Anda tersebut dalam kendali Anda, Anda bisa memilihnya untuk
dialokasikan pada aset riil yang memiliki daya beli tetap dan syukur-syukur juga menghasilkan cash-flow.
Bila tidak-pun minimal bisa Anda alokasikan ke aset yang terproteksi
nilainya. Pada saat yang bersamaan, bisa jadi inilah saatnya bagi Anda
untuk pindah kwadran – menciptakan lapangan kerja untuk Anda sendiri dan
juga memberi peluang orang lain untuk bekerja.
Bila
peluang ini tidak Anda ambil, hampir pasti intansi tempat Anda bekerja
akan mengelola dana pensiun Anda dalam bentuk unit uang kertas yang
dalam beberapa dasawarsa terakhir terbukti tidak terlindungi daya
belinya seperti pada grafik diatas. Lebih baik berbuat maksimal sekarang
ketimbang setelah pensiun Anda harus mengungkapkan kekecewaan Anda di
media masa karena instansi tempat Anda bekerja (dahulu) memang tidak
berdaya untuk memenuhi kebutuhan Anda di hari tua !. Wa Allahu A’lam.
|
Jumat, 07 Oktober 2011
Agar uang Pensiun cukup
Harga Dinar dan kekuatan Pasarnya
Oleh Muhaimin Iqbal di www.geraidinar.com |
Bila
Anda memiliki 4.25 gram emas 24 karat dan 1 koin Dinar Gerai Dinar 22
karat produksi Antam atau PERURI, mana yang lebih tinggi nilainya bila
Anda jual ?. Anda bisa buktikan dan tes hari ini juga, bahwa Dinar Gerai
Dinar lebih tinggi nilainya dan lebih mudah menjualnya !. Ini pula yang
terjadi kemarin sore ketika seorang wartawati majalah bisnis terkemuka – men-challenge nilai Dinar. Kok bisa ?, inilah antara lain yang disebut kekuatan pasar itu.
Ketika berusaha membuktikan hal ini kemarin sore (27/09), pembanding yang kami gunakan adalah informasi harga buy back
resmi di Logam Mulia – Antam dan pasar emas Cikini – selain tentu saja
harga jual beli Dinar Gerai Dinar yang tersebar informasinya melalui web
GeraiDinar.Com, facebook dan twitter-nya.
Harga buy back
di situs Logam Mulia - Antam kemarin adalah Rp 465,000/gram, tetapi
bila Anda menjual emas Anda kemarin sore di pasar Cikini – Anda bisa
menjualnya sampai harga tertinggi Rp 517,000/gram. Pada saat yang
bersamaan, harga Dinar sessi siang sampai sore kemarin adalah jual pada
Rp 2,293,674 dan beli pada harga Rp 2,201,927,-.
Jadi
bila Anda memiliki 4.25 gram emas 24 karat dan Anda jual kemarin sore,
maka Logam Mulia – Antam akan membelinya seharga 4.25 x Rp 465,000 = Rp
1,976,250,-. Bila anda jual ke Cikini dan memperoleh harga terbaiknya,
maka Anda akan mendapatkan harga 4.25 x Rp 517,000 = Rp 2,197,250. Anda
bisa lihat sekarang bahwa keduanya – baik LM Antam maupun toko emas di
Cikini menghargai emas Anda lebih rendah dibandingkan bila Anda menjual
Dinar kemarin sore juga pada harga beli kami Rp 2,201,927.
Perbedaan
ini akan semakin tinggi ketika Anda menjualnya ke sesama pengguna yang
kami fasilitasi juga, Anda akan memperoleh hasil bersih pada harga
tengah Rp 2,247,800,-.
Bagaimana kami bisa menghargai lebih tinggi ?. Ada dua ‘rahasia’ yang ingin saya share disini. Pertama
kami fasilitasi pertukaran Dinar tanpa mengghilangkan ongkos cetaknya
baik ketika Anda menjual maupun membeli. Hal ini berbeda dengan
perdagangan emas pada umumnya, yaitu Anda membayar biaya cetak ketika
membeli – dan Anda kehilangan biaya cetak ini ketika Anda menjualnya
kembali.
Kedua adanya virtual market yang kini menjadi sangat besar bagi pengguna Dinar Gerai Dinar. Ketika Anda
menitipkan Dinar Anda untuk dijual ke sesama pengguna dan kami umumkan
di situs ini misalnya, niat jual Anda itu ‘terlihat’ oleh puluhan ribu
pengguna lainnya yang mengunjungi GeraiDinar.Com dan bahkan juga diteruskan melalui facebook dan
twitternya. Itulah sebabnya iklan-iklan jual di situs ini biasanya
hanya muncul sesaat saja, karena setelah dibeli oleh pengguna lainnya
iklan akan kami cabut kembali.
Bandingkan
virtual market untuk Dinar dari Gerai Dinar ini dengan emas lantakan 24
karat Anda misalnya. Kemungkinan besarnya Anda menjual emas Anda hanya
di tempat Anda membelinya atau ke pihak lain yang Anda mengenalnya
langsung.
Bagaimana sustainability dari virtual market Dinar
ini kedepan-nya ?, kinipun Anda sudah bisa melihat sebenarnya siapa
yang ikut ‘menjaga’ pasar ini. Selain Gerai Dinar sendiri, ada lima
puluhan agen-agen resmi yang situsnya dapat Anda kunjungi dan bisa jadi
salah satu dari mereka adalah tempat terdekat Anda untuk menjual dan
membeli Dinar Anda .
Anda
bisa buktikan sendiri sekarang bila Anda punya emas lantakan 24 karat
dan Dinar dari Gerai Dinar, jual keduanya hari ini dan lihat hasilnya !.
Kemungkinan besarnya perhitungan seperti yang saya contohkan di atas
masih tetap berlaku. Selamat bergabung di ‘virtual market’ yang sangat
besar – yang menghargai uang Anda lebih dari yang lain.
|
Label:
antam,
buy back,
cikini,
dinar emas,
Gerai Dinar,
perbandingan harga emas dan dinar,
toko emas
Selasa, 27 September 2011
Dinar vs Logam Mulia
Kami sedia Dinar Emas & Dirham Perak sertifikat Antam, bukan Dinar Murah mata uang irak. Berikut artikel yang disalin dari catatan Ahmad Gozali dalam http://ahmadgozali.com/?p=102#comment-483
Banyak pertanyaan yang masuk “lebih baik emas dalam bentuk Dinar atau
LM?”, walaupun sudah dibahas beberapa kali di Twitter, namun nampaknya
pertanyaan ini tidak akan pernah selesai ditanyakan. Untuk itu ada
baiknya kita bahas secara tuntas di sini agar bisa mendapatkan jawaban
yang lebih komprehensif.
Logam Mulia yang dimaksud di sini adalah emas batangan produksi PT
Antam dengan kadar 24 Karat 99,99%. Tersedia dalam berbagai ukuran,
yaitu: 1gr, 2gr, 2,5gr, 3gr, 4gr, 5gr, 10gr, 25gr, 50gr, 100gr, 250gr,
dan 1000gr. Harga patokan yang digunakan sebagai tolok ukur adalah harga
emas per gram untuk pecahan 1000gr, harga pecahan yang lebih kecil akan
lebih mahaL per gramnya.
Untuk mengetahui berapa harga emas LM setiap harinya, kita bisa lihat di http://www.logammulia.com
Harga yang terpampang di halaman muka web ini adalah harga patokan
per gram untuk pecahan terbesar yaitu pecahan 1000gr. Sedangkan untuk
harga per batang dan per gram untuk pecahan lainnya, bisa kita lihat di
sini http://www.logammulia.com/news.php?id=9
Di toko emas, kadang disebutkan dengan harga per gram, ditambah
dengan “biaya cetak” atau “biaya sertifikat” yang berbeda untuk setiap
pecahan. Makin kecil pecahannya, makin besar biaya cetaknya.
Walaupun harga jual dari Antam berbeda untuk setiap pecahan, namun
harga beli kembalinya sama per gram. Dari sini bisa kita simpulkan
bahwa lebih efisien membeli LM dalam pecahan besar daripada dalam
pecahan kecil. Karena makin kecil pecahan LM yang dibeli, akan makin
besar pula selisih antara harga jual dan harga belinya kembali. Dalam
tabel di atas, selisihnya adalah 3,9% – 12,9% untuk pecahan terbesar
sampai pecahan terkecil.
Sedangkan Dinar yang dimaksud adalah koin emas produksi PT Antam yang
dicetak khusus sesuai dengan standar mata uang pada masa Kekhalifahan
Islam yaitu 4,25gr dengan kadar emas 22K atau 91,7% emas dengan campuran
8,3% perak. Di Indonesia, Dinar ini didistribusikan oleh dua atau tiga
distributor utama. Sebagai patokan, kita akan gunakan harga dari Gerai
Dinar yang bisa dilihat di http://geraidinar.com/
Dan jika diperhatikan selisih antara harga jual dan harga beli, selisihnya adalah 4%.
Betulkah Dinar dikenakan PPN 10% sehingga membuatnya lebih mahal?
Pada dasarnya Dinar sebagaimana perhiasan adalah adalah barang yang
dikenakan PPN, beda dengan LM yang tidak kena PPN. Tapi perdagangan Dinar yang bersifat personal atau usaha kecil membuatnya tidak kena PPN
lagi setelah beredar di masyarakat. PPN hanya sekali dikenakan pada saat
Dinar keluar dari PT Antam. Sedangkan transaksi di masyarakat tidak
lagi dikenakan PPN karena biasanya individu atau usaha kecil yang
menjual Dinar berstatus Non-PKP (Pengusaha Kena Pajak) yang tidak
diwajibkan untuk memungut PPN. Bisa dibilang, PPN ini hanya berpengaruh
untuk distributor utama yaitu Gerai Dinar, dan tidak berpengaruh kepada
transaksi di masyarakat.
Kembali ke permasalahan pokok, mana yang kita pilih untuk investasi, LM atau Dinar?
Jika strategi investasi kita adalah cukup sering beli dan jual
kembali, setiap ada uang lebih dibelikan emas, lalu jika perlu sesuatu
atau harga sudah naik kita jual lagi emasnya sesuai kebutuhan, saya
lebih sarankan untuk investasi dalam bentuk Dinar. Karena untuk menjual
kembali, Dinar lebih mudah mengingat pecahannya yang kecil. Misalnya,
kita memiliki Dinar sebanyak 10 keping dan perlu uang Rp 3,5 juta. Kita
bisa dengan mudah menjualnya cukup 2 keping saja, dan menyimpan 8 keping
sisanya. Namun jika kita memiliki LM 1 keping 50gr, dan perlu uang Rp
3,5 juta, kita tidak bisa menjual hanya 10gr dan menyimpan sisanya yang
40gr. Karena LM tidak bisa dipotong begitu saja dan dijual sebagian.
Untuk pembelian dalam pecahan kecil, di bawah 25gram, saya lebih
sarankan untuk membeli dalam bentuk Dinar. Karena jika membeli LM dalam
pecahan lebih dari 25gram, misalnya 10gr, 5gr atau 2,5gr maka selisih
harga jual dan harga beli kembali cukup besar mencapai 5%-7%. Tapi Dinar
saat ini tidak populer di toko emas, hampir tidak ada toko emas yang
menjual Dinar. Karena saat ini Dinar lebih banyak didistribusikan
melalui system keagenan yang bersifat personal. Di satu sisi, hal ini
memudahkan kita karena bisa mendapatkan pelayanan yang bersifat personal
(nego, delivery, konsultasi) namun di sisi lain kita tidak bisa
melakukan transaksi seperti di toko emas yang bisa dengan mudah dijumpai
di pasar-pasar.
Tapi kalau kita memiliki strategi untuk menyimpan emas dalam pecahan
besar dan tidak berencana untuk menjualnya sedikit-sedikit, setidaknya
25gram, maka membeli batangan Logam Mulia akan lebih efisien.
Sebagaimana dilihat di tabel harga, dibandingkan dengan harga jualnya
kembali, LM akan lebih efisien jika dibeli dalam pecahan yang lebih
besar. Namun yang paling populer adalah pecahan 25gr sampai dengan 100gr
karena jika lebih dari 100gr akan lebih sulit untuk menjualnya kembali
ke konsumen langsung mengingat harganya yang mencapai sekitar 100juta
untuk pecahan 250gr dan 400juta untuk 1000gram.
Dari sisi pergerakan harga, baik koin Dinar maupun batangan LM
memiliki pergerakan harga yang seragam, karena patokannya harganya sama.
Jika LM naik, jelas Dinar juga naik, dan sebaliknya. Maka untuk tujuan
investasi jangka panjang, sebetulnya keduanya sama baiknya. Yang
membedakan hanya dari segi penyimpanan pecahan, dan kenyamanan dalam
bertransaksi.
Minggu, 18 September 2011
Tabungan (dan deposito), menguntungkan atau merugikan.
Saat ini tentunya kita sudah memiliki tabungan pribadi, entah itu
secara tradisional (dibawah bantal, didalam lemari, dan sejenisnya)
ataupun secara modern di Bank.
Boleh suatu saat kita pertanyakan berapa keuntungan kita dari hasil menabung tersebut selama 1 tahun berjalan. perlu diketahui data inflasi dari Bank Indonesia:
Secara singkat, yang dimaksud inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum dan terus-menerus. Atau yang ingin mengetahui definisi inflasi lebih lanjut, dapat mengunjungi situs Bank Indonesia ataupun Wikipedia.
Nah, setelah diperhatikan nilai inflasi, seharusnya dana tabungan kita harus dapat berfungsi sebagai investasi, dengan kata lain harus dapat memberikan keuntungan. Namun jika keuntungan yang kita dapat masih dibawah nilai inflasi tersebut, maka nilai tabungan kita akan terus tergerus (kehilangan nilainya).
Untuk yang masih menyimpan uang secara tradisional, dapat dipastikan tidak akan menerima keuntungan dari pihak manapun, karena tidak ada pihak yang dititipkan uang itu sehingga harus memberikan keuntungan. Namun bagi yang menabung di Bank ataupun sejenisnya, perlu kita perjelas mengenai keuntungan yang didapat. Jangan lupa, dalam keuntungan yang dikembalikan bank tersebut masih ada Biaya Pajak 20% yang belum dipotong, ada juga biasanya Biaya administrasi, Biaya ATM, dll.
Setelah mengetahui nilai Inflasi, selanjutnya kita memasuki BI Rate (Sumber: Bank Indonesia) :
Yang dimaksud dengan BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Bagi yang ingin memperdalam tentang BI Rate, dapat ke situs Bank Indonesia.
Biasanya keuntungan yang Bank berikan, tidak akan melebihi BI Rate dalam hitungan per tahun.
Mulai saat ini kita sudah dapat menghitung berapa keuntungan yang diberikan dari tabungan (ataupun deposito) yang kita punya, dikurangi biaya Pajak, Administrasi, dll dan juga dikurangi dengan nilai Inflasi tersebut diatas. Itulah sebenarnya keuntungan kita dari menabung. Jika hasilnya masih sangat sedikit, ataupun malah negatif (sebagian besar jawaban dari penabung di Bank besar dan ternama adalah negatif), masihkah kita menggunakan cara menabung kita tersebut untuk berinvestasi masa depan.
Boleh suatu saat kita pertanyakan berapa keuntungan kita dari hasil menabung tersebut selama 1 tahun berjalan. perlu diketahui data inflasi dari Bank Indonesia:
LAPORAN INFLASI (Indeks Harga Konsumen)
Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Secara singkat, yang dimaksud inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum dan terus-menerus. Atau yang ingin mengetahui definisi inflasi lebih lanjut, dapat mengunjungi situs Bank Indonesia ataupun Wikipedia.
Nah, setelah diperhatikan nilai inflasi, seharusnya dana tabungan kita harus dapat berfungsi sebagai investasi, dengan kata lain harus dapat memberikan keuntungan. Namun jika keuntungan yang kita dapat masih dibawah nilai inflasi tersebut, maka nilai tabungan kita akan terus tergerus (kehilangan nilainya).
Untuk yang masih menyimpan uang secara tradisional, dapat dipastikan tidak akan menerima keuntungan dari pihak manapun, karena tidak ada pihak yang dititipkan uang itu sehingga harus memberikan keuntungan. Namun bagi yang menabung di Bank ataupun sejenisnya, perlu kita perjelas mengenai keuntungan yang didapat. Jangan lupa, dalam keuntungan yang dikembalikan bank tersebut masih ada Biaya Pajak 20% yang belum dipotong, ada juga biasanya Biaya administrasi, Biaya ATM, dll.
Setelah mengetahui nilai Inflasi, selanjutnya kita memasuki BI Rate (Sumber: Bank Indonesia) :
BI Rate
(Berdasarkan hasil dari Rapat Dewan Gubernur)
(Berdasarkan hasil dari Rapat Dewan Gubernur)
Tanggal | BI Rate | Siaran Pers |
8 Sept 2011 | 6.75% | Pranala siaran pers |
9 Agust 2011 | 6.75% | Pranala siaran pers |
12 Juli 2011 | 6.75% | Pranala siaran pers |
9 Juni 2011 | 6.75% | Pranala siaran pers |
12 Mei 2011 | 6.75% | Pranala siaran pers |
12 April 2011 | 6.75% | Pranala siaran pers |
4 Maret 2011 | 6.75% | Pranala siaran pers |
4 Feb 2011 | 6.75% | Pranala siaran pers |
5 Jan 2011 | 6.50% | Pranala siaran pers |
3 Des 2010 | 6.50% | Pranala siaran pers |
4 Nov 2010 | 6.50% | Pranala siaran pers |
5 Okt 2010 | 6.50% | Pranala siaran pers |
3 Sept 2010 | 6.50% | Pranala siaran pers |
4 Agust 2010 | 6.50% | Pranala siaran pers |
5 Juli 2010 | 6.50% | Pranala siaran pers |
3 Juni 2010 | 6.50% | Pranala siaran pers |
5 Mei 2010 | 6.50% | Pranala siaran pers |
6 April 2010 | 6.50% | Pranala siaran pers |
4 Maret 2010 | 6.50% | Pranala siaran pers |
4 Feb 2010 | 6.50% | Pranala siaran pers |
6 Jan 2010 | 6.50% | Pranala siaran pers |
Yang dimaksud dengan BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Bagi yang ingin memperdalam tentang BI Rate, dapat ke situs Bank Indonesia.
Biasanya keuntungan yang Bank berikan, tidak akan melebihi BI Rate dalam hitungan per tahun.
Mulai saat ini kita sudah dapat menghitung berapa keuntungan yang diberikan dari tabungan (ataupun deposito) yang kita punya, dikurangi biaya Pajak, Administrasi, dll dan juga dikurangi dengan nilai Inflasi tersebut diatas. Itulah sebenarnya keuntungan kita dari menabung. Jika hasilnya masih sangat sedikit, ataupun malah negatif (sebagian besar jawaban dari penabung di Bank besar dan ternama adalah negatif), masihkah kita menggunakan cara menabung kita tersebut untuk berinvestasi masa depan.
Langganan:
Postingan (Atom)